Jinten hitam bisa dikatakan salah satu herbal yang selalu ada di toko-toko herbal dan obat-obat tradisional. Banyak yang mengonsumsinya untuk alasan kesehatan, selain alasan religius. Pada umumnya di Indonesia diperjualbelikan dalam bentuk kapsul berisi serbuk atau minyak.
Biji jinten hitam berasal dari tumbuhan Nigella sativa. Tumbuhan ini hidup di berbagai belahan dunia, termasuk Saudi, Afrika Utara dan sebagian Asia. Biji-bijinya berukuran kecil, berwarna hitam, dengan cita rasa yang kuat dan pedas, mirip citarasa merica. Saat bereproduksi, bunga akan membentuk kapsul buah yang mengandung biji-biji berwarna putih. Setelah matang, kapsul buah akan membuka. Biji-biji akan terlontar keluar dan warnanya berubah seketika menjadi hitam saat terkena udara.
Baca lengkap : Pembesaran Prostat
Kandungan
Ada banyak sekali senyawa aktif yang berhasil diisolasi dari jinten hitam. Komponen yang dianggap paling penting sekaligus paling banyak adalah timokuinon, kemudian timohidrokuinon, ditimokuinon, karvakrol, dan senyawa-senyawa lainnya. Juga mengandung berbagai senyawa alkaloid seperti nigelisimin, nigelidin dan nigelisin. Namun khasiatnya dihasilkan dari senyawa timokuinon dan turunannya.
Biji jinten hitam kaya dengan asam lemak tak jenuh terutama asam linoleat dan asam oleat. Kandungan asam lemak jenuhnya antara lain asam palmitat dan asam stearat. Terdapat pula senyawa-senyawa sterol, yang paling banyak adalah α-sitosterol.
Pemanfaatan Secara Tradisional
Jinten hitam sudah ribuan tahun digunakan sebagai obat tradisional. Catatan tertulis yang paling tua terdapat dalam Kitab Perjanjian Lama. Sebuah catatan Romawi Kuno dari abad pertama Masehi, Naturalis Historia, menyebutkan daftar penyakit yang biasa diobati dengan jinten hitam. Antara lain gigitan ular, racun kalajengking, bisul dan penyakit kulit.
Sementara pada The Materia Medica yang menjadi rujukan pengobatan herbal dari abad pertama sampai abad pertengahan, disebutkan sebagai obat untuk sakit kepala, sakit gigi, gangguan pencernaan dan gangguan pernafasan. Jinten hitam juga secara empiris digunakan untuk perawatan kecantikan. Minyaknya digunakan sebagai olesan untuk menjaga kelembaban kulit dan diminum untuk menjaga kebugaran.
Seorang dokter muslim, Ibnu Sina, di abad ke-11 menyatakan bahwa habbatusauda bermanfaat untuk detoksifikasi, mengendurkan otot yang tegang, meredakan demam, mengobati batuk, sakit gigi, sakit kepala, penyakit kulit dan luka, dan membasmi cacingan.
Hingga sekarang biji dan minyaknya digunakan sebagai bahan pengobatan herbal antara lain sebagai imunomodulator, antivirus, antidiabetes mellitus, antikanker, antiasma, dan antiepilepsi.